Jumat, 17 Februari 2012

Dasar-dasar Pengetahuan


A.    Pengertian Pengetahuan
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa defenisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).[1] Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Suatu hal yang menjadi pengetahuannya adalah selalu terdiri atas unsure yang mengetahui dan diketahui. Oleh karena itu, pengetahuan selalu menuntut adanya subjek yang mempunyai kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu dan objek yang merupakan sesuatu yang dihadapinya sebagai hal yang ingin diketahuinya  Jadi, bisa dikatakan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu.[2]
Aristoteles mengatakan bahwa semua manusia ingin mengetahui dan ini selalu nyata dalam pengalaman hidup seorang manusia. Setiap manusia memiliki kerinduan dasar untuk mengetahui. Kita mengenal dua cirri khas dari aktivitas mengetahui, yaitu:
1.      Mengetahui untuk mengetahui semata. Menikmati dan memperoleh banyak pengetahuan dialami sebagai suatu kepuasan diri
2.      Mengetahui untuk dapat diperguanakan dan diterapkan. Misalnya untuk melindungi dan membela diri, memperbaiki tempat tinggal, mengikatkan relasi dengan orang lain, meningkatkan taraf hidup dan lain-lain.[3]
Pengetahuan sebagai suatu istilah yang digunakan untuk menuturkan hasil pengalaman seseorang tentang sesuatu terdiri dari atas dua unsure utama, yaitu unsure utama sebagai unsure yang mengetahui (S), dan sesuatu yang diketahui atau obyek pengetahuan (O). Kedunya secara fenomenologis tidak mungkin dipisahkan satu dari yang lain. Dalam upaya memperoleh pengetahuan itu nyata bahwa kerinduan manusia yang begitu besar tak pernah terjawab secara tuntas. Horison persoalan  tampaknya semakin melebar semakin kita mendekati jawaban-jawaban tentang persoalan-persoalan itu. Pengetahuan tidak akan pernah memuaskan  kita. Segala hasil pengetahuan selalu bersifat sementara dan terbuka.
Namun perlu diketahui bahwa semau pengetahuan hanya dikenal dan ada dalam pikiran manusia, tanpa pikiran pengetahuan tidak akan eksis. Oleh Karena itu, keterkaitan antara pengetahuan dengan pikiran merupakan suatu kodrati. Bahm menyebutkan ada delapan hal penting yang berfungsi membentuk struktur pikiran manusia, yaitu:
1.      Mengamati (observes); pikiran berperan dalam mengamati objek.objek. Dalam melaksanakan pengamatan terhadap objek itu maka pikiran haruslah mengandung kesadaran.
2.      Menyelidiki (inquires); ketertarikan pada objek dikondisikan oleh jenis-jenis objek yanag tampil. Tenggang waktu atau durasi minat seseorang pada objek itu sangat tergantung pada “daya tariknya”
3.      Percaya (believes); manakala suatu objek muncul dalam kesadaran, biasanya objek-objek itu diterima sebagai objek yang menampak.
4.      Hasrat (desires); kodrat hasil ini mencakup kondisi biologis serta psikologis dan interaksi dialektik antara tubuh dan jiwa. Hal ini dikarenakan pikiran dibutuhkan untuk aktualisasi hasrat, kita dapat mengatakannya sebagai hasrat pikiran. Beberapa hasrat muncul dari kebutuhan jasmani seperti makan, minum, istirahat, tidur, dan lain-lain.
5.      Maksud (intends); meskipun memiliki maksud ketika akan mengobseravsi, menyelidiki, percaya, dan berhasrat namun sekaligus perasaannya tidak berbeda atau bahkan terdorong ketika melakukannya.
6.      Mengatur (organize); setiap pikiran adalah suatu organisme yang teratur dalam diri seseorang. Pikiran mengatur :
a.       Melalui kesadaran yang sudah menjadi;
b.      Melalui intuisi, yakni kesadaran penampakan dalam setiap kehadiran manakala ia mengatasi setiap kehadiran melalui gap ketidaktahuan dalam penampakan untuk menghasilkan kesadaran lebih lanjut seperti rasa bangun tidur;
c.       Melalui panggilan untuk memunculkan objek
d.      Melalui pengingatan dan mendikung penampakan pada objek-onjek yang hadir, minat dan proses
e.       Melalui pengantisipasian, peramalan dan menjadikan kesadaran terhadap objek-objek yang diramalkan
f.       Melalui proses generalisasi
7.      Menyesuaikan (adapts), menyesuaikan pikiran sekaligus melakukan pembatasan-pembatasan yang dibebankan kepada pikiran melalui kondisi keberadaan kita secara fisi-biologis, social dan cultural dan keuntungan yang Nampak pada tindakan, hasrat dan kepuasan
8.      Menikmati (enjoys), orang yang asyik dalam menekuni suatu persoalan, ia akan menikmati itu dalam pikirannya.[4]


B.     Jenis-jenis Pengetahuan
Beranjak dari pengetahuan adalah kebenaran dan adalah pengetahuan, maka di dalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran. Burhanuddin Salam mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu:
1.      Pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu di mana ia menerimasecara baik. Semua orang menyebutnya sesuatu itu merah karena memang itu merah, benda itu panas karena memang dirasakan panas dan sebagainya.
2.         Pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif.
3.         Pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit dan rigid, filsafat membahas hal yang lebih luas dan mendalam. Filsafat biasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan kritis, sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi longgar kembali.
4.         Pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan mengandung beberapa hal yang pokok, yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan Tuhan, yang sering juga disebut dengan hubungan vertikal dan cara berhubungan dengan sesama manusia, yang sering juga disebut dengan hubungan horizontal. Pengetahuan agama yang lebih penting di samping informasi tentang Tuhan, juga informasi tentang Hari Akhir. Iman kepada Hari Akhir merupakan ajaran pokok agama sekaligus merupakan ajaran yang membuat manusia optimis akan masa depannya. Menurut para pengamat, agama masih bertahan sampai sekarang karena adanya doktrin tentang hidup setelah mati karenanya masih dibutuhkan.[5]
Jenis-jenis pengetahuan juga dapat dilihat pada pendapat Plato yang membagi pengetahuan menurut tingkatan-tingkatan pengetahuan sesuai dengan karakteristik objeknya. Pembagiannya adalah sebagai berikut:
1.      Pengetahuan Eikasia (khayalan)
Tingkatan yang paling rendah disebut pengetahuan eikasia, ialah pengetahuan yang objeknya berupa bayangan atau gambaran. Pengetahuan ini isisnya adalah hal-hal yang berhubungan dengan kesenangan atau kesukaan serta kenikmatan manusia yang berpengetahuan.
2.      Pengetahuan Pistis (substansial)
Satu tingkat diatas eikasia adalah tingkatan pistis atau pengetahuan substansial. Pengetahuan ini adalah pengetahuan mengenai hal-hal yang tampak dalam dunia kenyataan atau hal-hal yang dapat diindrai secara langsung. Objek pengetahuan pistis biasa disebut zooya karena isi pengetahuan semacam ini biasanya mendekati suatu keyakinan (kepastian yang bersifat sangat pribadi atau kepastian subyektif)dan pengetahuan ini mengandung nilai kebenaran apabila mempunyai syarat-syarat yang cukup bagi suatu tindakan
3.      Pengetahuan Dianoya (matematik)
Pengetahuan dalam tingkatan ketiga adalah pengetahuan dianoya. Plato menerangkan tingkat pengetahuan ini adalah tingkatan yang ada di dalamnya sesuatu yang tidak hanya terletak pada fakta atau objek yang tampak, tetapi juga terletak pada bagaimana cara berpikirnya.



4.      Pengetahuan Noesis (filsafat)
       Pengetahuan tingkat tertinggi disebut noesis, pengetahuan yang objeknya adalah arche ialah prinsip-prinsip utama yang mencakup epistemologik dan metafisik.  Prinsip utama ini biasa disebut ”IDE”.[6]
            Berbeda dengan Plato yang membagi pengetahuan berdasarkan tingkatannya, Aristoteles justru membagi pengetahuan menurut jenisnya sesuai dengan  fungsi dari pengetahuan itu. Pengetahuan yang umumnya merupakan kumpulan dimnamakan rational knowledge dipisahkan kedalam tiga jenis yaitu:
1)      Pengetahuan produksi (seni)
2)      Pengetahuan praktis (etika, ekonomi, politik)
3)      Pengetahuan teoretis (fisika, matematika, dan metafisika/filsafat pertama)[7]

C.    Sumber-Sumber Pengetahuan Manusia
Berbicara mengenai sumber-sumber pengetahuan John Hospers, dalam An Introduction to Philosophical Analysis, sebagaimana dikutip oleh Surajiyo, mengatakan bahwa ada enam hal penting sebagai alat untuk mengetahui terjadinya pengetahuan. Enam hal itu antara lain:
1)        Pengalaman inderawi (sense-experience)
Pengalaman inderawi dilihat sebagai sarana paling vital dalam memperoleh pengetahuan. Melalui indera-indera kita dapat berhubungan dengan berbagai macam objek diluar diri kita. Penekanan kuat pada kenyataan ini disebut dengan realisme.
2)        Penalaran (reasoning)
Penalaran merupakan karya akal yang menggabungkan dua pemikiran atau lebih untuk memperoleh pengetahuan baru.

3)        Otoritas (authority)
Otoritas adalah kewibawaan atau kekuasaan yang bsah yang dimiliki seseorang dan diakui oleh oleh kelompoknya. Ia dilihat sebagai salah satu sumber pengetahuan karena kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang memiliki kewibawaan dalam pengetahuannya. Karena itu pengetahuan ini tidak perlu diuji lagi karena kewibawaan orang itu.
4)        Intuisi (intution)
Intuisi merupakan kemampuan yang ada dalam diri manusia (proses kejiwaan) untuk menangkap sesuatu atau membuat pernyataan berupa pengetahuan. Pengetahuan intuitif tidak dapat dibuktikan seketika atau lewat kenyataan karena tidak ada pengetahuan yang mendahuluinya.
5)        Wahyu (relevation)
Wahyu adalah pengetahuan yang diperoleh dari yang ilahi lewat para nabi dan utusan-Nya demi kepentingan umat-Nya . dasar pengetahuan adalah kepercayaan akan sesuatu yang disampaikan oleh sumber wahyu itu sendiri. Dari kepercayaan ini munculah keyakinan.
6)        Keyakinan (faith)
Kepercayaan ini menghasilkan apa yang disebut iman atau keyakinan. Keyakinan itu mendasar diri pada dogma-dogma atau ajaran-ajaran agama yang diungkapkan lewat norma-norma dan aturan-aturan agama. Kepercayaan pada umumnya bersifat dinamis dan mampu nenyesuaikan diri dengan konteks, padahal keyakinan pada umumnya bersifat statis.[8]





[1]Paul  Edwards,  the encyclopedia of philosophy, (New york: Macmillan Publishing, 1972), vol. 3.
[2]Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, (Cet. VJakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 26
[3]Ibid, h. 40
[4]Konrad Kebung, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Prestasi Pustaka Karya, 2011), h. 41-43
[5]Amsak Bkhtiar, Op. cit, h.86-89
[6]Surajiyo, Op. cit, h.31-32

[7] Ibid, h. 32
[8]Konrad Kebung, Op.cit, h. 43-45